Kemenpora- Kirab Juara Apresiasi untuk Seluruh Pejuang Olahraga

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kembali menegaskan kalau kirab juara adalah untuk semua atlet peraih medali emas SEA Games 2023, bukan cuma untuk sepakbola!

Kirab juara yang diikuti 15 cabang olahraga hari Jumat kemarin memunculkan kecemburuan. Pasalnya Timnas Indonesia U-22 yang termasuk dalam rombongan terlihat diistimewakan karena tidak mengikuti acara pembukaan dan menumpang bus, sementara atlet dari cabang olahraga yang lain menumpang bandros.

Perlakuan berbeda ini rupanya sudah bikin perenang Siman Sudartawa kesal dan meninggalkan acara kirab lebih cepat. Dia merasa atlet-atlet lain tidak diperlakukan istimewa meskipun punya sumbangsih lebih besar.

Hal ini menimbulkan perdebatan warganet yang lantas menyalahkan PSSI dan Kemenpora karena melupakan prestasi cabor lain demi Timnas U-22. Padahal Kirab Juara tersebut yang menginisiasi adalah PSSI.

Sementara Kemenpora hanya memfasilitasi cabor lain untuk ikut bergabung karena merasa perjuangan para atlet peraih medali SEA Games 2023 perlu dihargai. Itu jadi bukti bahwa Kemenpora memang rumah dan orang tua bagi semua atlet, tidak ada pilih kasih.

“Kirab Juara itu ada angka 8 dan 7 di dalamnya, dan itu merupakan simbolisasi dari 87 emas yang dicapai oleh hampir seluruh cabor, bukan cabor tertentu saja. Acara kita rancang untuk mengapresiasi seluruh cabor dan para atlet yang telah berjasa menyumbangkan medali untuk tanah air, jadi tidak ada sama sekali penganakemasan karena semua emas, perak dan perunggu ini milik semua cabor dan masyarakat Indonesia,” ujar Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga Ardima Rama Putra dalam keterangan kepada detikSport.

Terlepas dari beberapa situasi yang terjadi dalam pelaksanaan acara di lapangan, Dima meminta maaf jika dalam pelaksanaan masih ada kekurangan. Namun dia menilai itu bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.

Baca juga: Saatnya Kemenpora Mencari Atlet-atlet Diaspora Berbakat

“Soal bus itu soal availability, ada bus yang tertahan geraknya pun juga karena ramainya masyarakat memadati rute. Terlepas dari itu memang harus diakui antusiasme masyarakat terhadap salah satu cabor dalam hal ini sepakbola memang tinggi sekali, mungkin karena penantian panjang akhirnya tercapai, tetapi ketika saya ikut langsung ke lapangan, saya ada di bus ketiga, masyarakat menyambut semuanya. Saya lihat para pencetak sejarah seperti basket putri, hoki, kriket bahkan renang yang memberikan kontribusi emas cukup banyak ikut disoraki oleh masyarakat! Antusiasme masyarakat sama seperti ketika melihat emas, jadi tidak ada itu anak emas,” Dima menambahkan.

Dima berharap apresiasi yang adil dan merata seperti ini bisa membudaya ke seluruh aspek, baik itu apresiasi berupa bonus, pengembangan olahraga, hingga tentunya prestasi. Seluruh federasi diminta mulai mempromosikan dan mempersiapkan diri untuk multievent ke depan. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa lebih aware terhadap olahraga lainnya yang berpotensi memberikan prestasi.

“Kita di Kemenpora, melalui kepemimpinan Menteri Dito ingin membudayakan kemerataan namun terukur (review and analytical based) untuk semua cabor. Maka itu, fokus kita ke depan pun juga mengerahkan potensi cabor-cabor yang seperti renang dan atletik as the mother of sports dan memiliki nomor tanding yang cukup banyak dan meraup prestasi dari sana. Ke depannya pengembangan sports science, talent scouting hingga ekosistem industrinya menjadi hal yang critical untuk kita kolaborasikan bersama-sama,” papar Dima.

“Mas Menteri tidak mau main-main soal ini, beliau sudah berkomunikasi juga dengan para ketum cabor terkait sehingga penilaian dan pengembangan ke depan pun berdasarkan analisa, hasil dan prestasi yang telah dicapai dan potensial bisa dicapai nantinya. Kemarin kita 87 emas, 80 perak dan 109 perunggu. Mas Menteri akan merapatkan kembali dengan tim review terkait overachieve ini dan bagaimana selanjutnya di event-event multinasional selanjutnya kita lebih baik lagi, di ASEAN Para Games 2023, Asian Games 2023 hingga Olimpiade 2024.”

Baca juga: Menpora Dito: Tak Ada Anak Emas, Kemenpora Rumah Pejuang Olahraga