Kronologi Insiden 2 Emas Pencak Silat RI di SEA Games 2023 versi Pelatih

Tim pencak silat Indonesia memang bergelimang emas di SEA Games 2023 Kamboja. Tapi, ada cerita tak mengenakkan mengiringi kesuksesan itu.

Seperti diketahui, pesilat-pesilat Indonesia berhasil meraup sembilan medali emas pada penyelenggaraan multievent SEA Games yang berlangsung di Chroy Changvar Convention Center, Kamboja, 6-10 Mei.

Namun, dua atletnya Safira Dwi Meilanie dan Bayu Lesmana mengalami cerita pahit. Pertama adalah Safira yang nyaris gagal mendapat emas.

Ini dikarenaka wasit menghentikan pertandingan pada saat dirinya unggul melawan pesilat Vietnam Nguyen Hoang Hong An, di kategori tanding putri Kelas B (50-55kg), Rabu (10/5)

Safira yang sudah berjuang luar biasa sejak babak pertama diperlakukan tak adil oleh wasit tanpa alasan yang jelas, ketika unggul jauh dalam perolehan poin.

“Saat bertanding itu sebenarnya Safira sudah sakit, bahunya lepas (dislokasi). Tapi karena dia berjuang luar biasa, dari babak pertama, kedua, ketiga, dia menang poin,” ungkap Pelatih Pencak Silat Indro Catur Haryono di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Kamis (11/5/2023).

“Saat babak ketiga dan waktu tinggal 18 detik, posisi poin 61 untuk Safira, 43 untuk lawan, tiba-tiba ada kejadian wasit menyatakan Safira dianggap tidak bisa melakukan perlawanan, akhirnya wasit mengeluarkan jari telunjuk tiga. Itu dianggap pertandingan selesai.”

“Sebagai pelatih saya protes. Tapi tak ditanggapi. Akhirnya kami mengajukan protes resmi, manajer mengambil blanko, dan setelah itu Safira dimenangkan,”

Indro menjelaskan Safira layak menang karena memang tidak ada alasan untuk menyanggahnya. “Safira masih bisa melawan, poinnya juga tinggi. Pukulannya meskipun sakit tapi masih bisa dilakukan. Akhirnya protes yang tadinya dimenangkan, dan protes berlanjut, tiba-tiba ada bantingan dari Vietnam, tambah ribut lagi,” ujarnya.

Baca juga: Pencak Silat RI Ulang Catatan Positif 12 Tahun Silam di SEA Games

“Akhirnya pertandingan selesai, tiba-tiba diputuskan Safira mendapat emas, tapi medali bersama (Vietnam). Saat Upacara Pemberian Penghargaan (UPP) lagu Indonesia Raya yang pertama dikumandangkan, kemudian Vietnam. Kebetulan yang menyerahkan medali CdM Indonesia.”

“Akhirnya karena ini hasilnya maksimal kami terima, cuma ada catatan untuk kita karena untuk kali pertama ada medali emas bersama.”

Berbeda dengan kasus Safira, kasus Bayu merupakan kesepakatan antara peserta negara dengan tuan rumah. Sejatinya, kelas U-45 tidak bisa dipertandingkan karena kuota minimalnya kurang. Hanya tiga negara yaitu Indonesia, Kamboja, dan Singapura, yang hadir dari kuota minimal empat.

“Pilihannya kalau dipertandingkan itu tadi tambah peserta satu dengan kesepakatan pesertanya dari Malaysia, sehingga waktu diundi, Bayu bertemu pesilat Singapura Dhani Andika Bin Razali, Malaysia bertemu Kamboja,” Indro mengungkapkan.

“Lalu Kamboja menang, kita menang. Tapi kita juga memikirkan awalnya pencak silat tidak dipertandingkan di Kamboja karena dinilai tak berkembang. Kemudian, Ketum kita melobi ke sana supaya pencak silat dipertandingkan, sehingga ada kesepakatan antara negara peserta bahwa bisa dipertandingkan, tapi tuan rumah harus bisa dapat medali.”

“Itu yang membuat teman-teman negara peserta menerima ketika untuk kelas Bayu yang menang Kamboja,” Indro mempertegas.

Meski begitu, permasalahan Bayu sudah rampung sehingga meminta seluruh pihak untuk tidak membahasnya lagi.

“Sudah clear. Bayu juga tak masalah. Jadi tak perlu masalah bayu dibesarkan lagi. Jangan sampai masalah ini membuat pencapaian pencak silat yang besar tertutup, karena untuk meraih sembilan emas itu luar biasa,” Indro mempertegas.

Baca juga: Pencapaian Pencak Silat Indonesia Jadi Juara Umum SEA Games 2023